Sunday, October 19, 2014

TIPS KELUARGA

Saling Bersaing atau Saling Melengkapi: Yang Manakah Pernikahan Anda?

Ketika sepasang kekasih menikah, mereka masing-masing mencari tahu peran mereka dalam unit keluarga baru ini. Karena mereka telah dikondisikan untuk selalu bersaing, hal ini seringkali berlanjut ke dalam pernikahan mereka.
 

  • Kehidupan Anda seringkali penuh dengan persaingan. Sewaktu kanak-kanak, kita ingin punya mainan terbaik, kue ulang tahun terbesar, dan jadi anak kesayangan ayah dan ibu. Di sekolah, kita bersaing untuk mendapatkan nilai terbaik, ditempatkan di tim terbaik, dan kesempatan untuk masuk ke universitas terbaik. Persaingan terus berlanjut dalam kehidupan kita. Ketika sepasang kekasih menikah, mereka masing-masing mencari tahu peran mereka dalam unit keluarga baru ini. Karena mereka telah dikondisikan untuk selalu bersaing, hal ini seringkali berlanjut ke dalam pernikahan mereka.
    Pada awal pernikahan Jono dan Maria, mereka berdiskusi (bertengkar) tentang siapa yang bertugas untuk membayar tagihan rumah tangga. Ayah Jono adalah seorang akuntan dan dialah yang membayar semua tagihan, jadi Jono berpikir bahwa itu adalah tugas seorang suami. Ayah Maria adalah seorang petani dan ibunya bertugas membayar tagihan rumah tangga, jadi dia berpikir itu adalah tugas seorang istri. Jono menang dan dia membayar tagihan dengan “sistem kalau sempat”, yang berarti bahwa semua tagihan itu akan dibayarkan kalau Jono “sempat” melakukannya. Ini membuat Maria merasa khawatir. Dua tahun kemudian, ketika Jono sangat sibuk dengan kuliah paska-sarjananya, Maria punya banyak waktu luang, jadi dia mengambil alih tugas membayar tagihan dan masih melakukannya sampai sekarang. Jono akhirnya menyadari bahwa Maria adalah seorang pengatur keuangan yang lebih baik dan merasa senang istrinya mengambil alih tugas itu dari tangannya, dan ini juga menyenangkan hati Maria. Ini bermula dari suatu persaingan tentang siapa yang benar, bukan siapa yang tepat untuk melakukan tugas ini.
    Banyak pasangan, baik tua maupun muda, datang ke terapi mengeluh tentang kurangnya rasa hormat dan kebaikan dalam pernikahan mereka. Etty berkata, “Kami selalu berdebat tentang hal-hal sepele.” Frans menambahkan, “Kami adalah dua orang yang keras kepala dan harus selalu menjadi yang paling benar, jadi kami menghabiskan banyak waktu berusaha membuktikan kesalahan satu sama lain. Waktu bersama kami tidak menyenangkan lagi.” Ketika Anda membaca ini, apakah Anda ingin berteriak, “Hei, Etty dan Frans, sadar dong! Jika Anda berdua tahu kalau Anda berdua berdebat tentang hal-hal sepele dan Anda berdua tidak suka bertengkar, mengapa Anda tetap melakukannya?”
    Tanyakan kepada diri Anda sendiri, “Apakah saya menghabiskan banyak waktu bersama pasangan saya membela posisi saya dan berusaha untuk membuktikan diri saya benar dan dia salah?” Apakah pernyataan, “Kami tidak banyak berbicara kepada satu sama lain karena nantinya akan berakhir dengan perdebatan” menggambarkan pernikahan Anda? Jika jawaban kedua pernyataan di atas adalah “Iya”, sudah saatnya berubah. Berikut adalah tiga saran.
  • 1. Ingatlah alasan pernikahan Anda

    Ketika Anda berkencan serius dengan pasangan Anda, ketika Anda berdua bertunangan, dan pada masa pengantin baru, ingatlah Anda tidak sabar untuk selalu berduaan. Mata Anda berbinar-binar penuh kekaguman bagi satu sama lain. Ketika kebanyakan pasangan ditanyakan alasan mereka menikah, jawabannya seringkali, “Saya bahagia bersama dia, kami menikmati kegembiraan bersama, dan saya mencintainya.” Ingatlah dan peliharalah perasaan itu.
  • 2. Belajarlah untuk mendengarkan sebagaimana Anda ingin didengarkan

    “Saya rasa saya tidak benar-benar didengarkan dan diperhatikan” adalah pernyataan yang seringkali disampaikan oleh pasangan yang tidak bahagia. Dalam terapi, ketika seseorang membuat pernyataan itu, pasangannya akan mengeluhkan hal yang sama. Kebanyakan dari kita tahu rasanya dan ingin didengarkan dan diperhatikan. Apa yang membuat hal ini sulit untuk dilakukan bagi satu sama lain? Apakah kita terlalu sibuk berusaha membuktikan bahwa pendapat kita benar dan pendapat orang lain salah? Bayangkan bagaimana rasanya mendengarkan pasangan Anda sebagaimana Anda ingin didengarkan, kemudian lakukanlah.
  • 3. Milikilah gol bersama untuk membangun pernikahan Anda

    Persaingan mengesampingkan gol untuk mencapai pernikahan yang bahagia. Ingatlah, Anda menikah karena Anda ingin bersama. Ketika Anda bermasalah, tanyakan kepada satu sama lain, “Bagaimana kita dapat membangun pernikahan kita dan menyelesaikan masalah ini bersama?” Sewaktu Anda benar-benar mendengarkan, Anda dapat menemukan bahwa pendekatan pasangan Anda memang ada benarnya dan dapat digunakan, atau mungkin solusinya adalah kombinasi pendapat Anda berdua. Terkadang jawabannya ditemukan dengan mempertimbangkan pendapat Anda berdua dan pendekatan baru akan tercipta. Kekuatan yang Anda miliki berdua dapat memungkinkan Anda menyelesaikan masalah apa pun karena pernikahan Anda mengakui dan dibangun di atas kekuatan pribadi masing-masing. Secara pribadi kita mampu, namun berdua kita jauh lebih kuat.

    Sumber: Internet, *Diterjemahkan dan diadaptasi oleh Natalia Sagita dari artikel asli "Competition or complementary: Which is your marriage?" karya Gary dan Joy Lundberg.

SHARE THIS

0 comments: