Apakah ASI bisa HABIS?
Sebagai manusia dewasa kita selalu melihat air minum dalam wadah yang akan habis jika kita minum dan harus diisi kembali.
Dan, kebanyakan kita akan berpikir jika payudara juga seperti
wadah-wadah air ini. ASI akan habis dan membutuhkan waktu untuk diisi
ulang.
Pada kenyataannya ASI diatur oleh sunatulloh hukum “positive feedback
loop” yang bekerja dalam harmoni hormon ASI. Berbeda dengan pola
regulasi dan cara kerja hormon lain, dimana semakin sedikit
target-hormon maka hormon yang dikeluarkan oleh tubuh juga akan semakin
sedikit.
Dalam hukum “positive feedback loop” ini: ketika semakin sedikit ASI
(target-hormon prolaktin) yang tersisa di payudara ibu, maka tubuh ibu
akan mengeluarkan semakin banyak prolaktin.
Hasilnya semakin sedikit ASI yang tersisa di payudara akan membuat
tubuh ibu memproduksi semakin banyak ASI. Oleh sebab itu, produksi
pasokan ASI juga ditentukan oleh banyaknya “permintaan” bayi (menyusui
langsung dan memerah ASI).
Untuk memiliki ASI yang banyak hingga bisa mencukupi kebutuhan bayi
yang sedang tumbuh berkembang dengan pesat, ibu direkomendasikan untuk
tidak membatasi penyusuan. Biarkan bayi menyusu sesering yang bayi
inginkan. Jangan menciptakan jadwal penyusuan juga lamanya waktu
penyusuan.
Banyak “ibu senior” menyarankan untuk menyusui bayi dengan jarak
sekian dan sekian jam. Tujuan mereka baik. Mereka ingin ibu bisa
beristirahat dengan cukup setelah menjalani proses melahirkan yang
berat. Namun, bayi baru lahir terkadang memiliki pola jadwal sendiri
yang bisa jadi unik dan sangat berbeda dengan bayi lain. Nah, dengan
bayi lain saja bisa berbeda apalagi dengan kita manusia dewasa. Jadwal
penyusuan ditujukan untuk membuat nyaman, tapi nyaman bagi siapa dulu
nih? Nyaman bagi bayi atau manusia-manusia dewasa di sekitar bayi?
ASI adalah hak bayi. Jadi, mari kita dukung supaya bayi-bayi ini
mendapatkan ASI yang diinginkannya. Sebenarnya, yang paling ibu
khawatirkan bukan tentang jadwal penyusuan yang merepotkan, namun
tentang persediaan pasokan ASI di payudara ibu.
Selama bayi tumbuh dengan baik juga sehat hanya dengan ASI ibu, maka
hal ini mengindikasikan ASI ibu cukup. Pastikan bayi diperbolehkan
menentukan sering dan lamanya menyusu, sekitar 10 hingga 20 menit per
payudara. Saat menyusu terlihat tanda bayi menghisap aktif dan terdengar
suara bayi menelan ASI. Tanda bayi yang kenyang dia akan melelas
payudara sendiri, tangan lemas terbuka dan bayi tertidur lama. Ibu juga
bisa mengecek kecukupan ASI dari banyaknya popok basah dan kotor setiap
harinya juga dari grafik pertumbuhan bayi.
Frekuensi menyusu biasanya 8 – 12 kali dalam sehari, namun demikian
bayi ibu bisa juga memiliki jadwalnya-sendiri. Jika bayi menyusu dalam
waktu lama (lebih dari satu setengah jam setiap penyusuan) atau bayi
meminta menyusu sangat sering (jarak antar penyusuan kurang dari 1 – 1,5
jam) atau bayi menyusu terlalu sebentar kurang dari 5 menit, maka ibu
cek perlekatan bayi perlu untuk dinilai apakah sudah baik atau
membutuhkan perbaikan.
Penyusuan yang terlalu lama atau terlalu sering bisa menjadi tanda
adanya perlekatan yang tidak baik dan transfer ASI yang kurang efisien.
Jika perlekatan tidak baik ini dibiarkan, puting ibu bisa terluka. Jika
perlekatan diperbaiki dan transfer ASI menjadi efisien biasanya bayi
hanya menyusu sebentar dengan frekuensi yang teratur. Jika tidak ada
permasalahan perlekatan, maka bisa jadi bayi ibu sedang mengalami
percepatan pertumbuhan.
Masa-masa menyusui selama 8 minggu pertama memang penuh tantangan.
Ibu juga sering dilanda kekhawatiran akan jumlah pasokan ASI. Payudara
memang tidak diciptakan transparan sehingga kita tidak bisa mengetahui
bagaimana produksi dan simpanan ASI. Sebenarnya payudara ibu yang
menyusui dengan baik selalu dalam kesibukan memproduksi ASI. ASI akan
diproduksi di alveoli kemudian disimpan dalam ruang-ruang penyimpanan
ASI juga rangkaian saluran ductus payudara.
ASI sudah mulai diproduksi sejak usia kehamilan 16 minggu. ASI akan
bertambah banyak dan mulai berubah menjadi keputihan pada hari ke-2 –
ke-5 setelah melahirkan. Minggu pertama setelah melahirkan adalah masa
yang penting bagi pembentukan reseptor prolaktin di sel-sel alveoli
supaya produksi ASI bisa banyak. Minggu kedua hingga keenam setelah
melahirkan adalah masa yang penting dalam pemantapan proses produksi
ASI. Oleh sebab itu, pastikan posisi perlekatan baik dan jangan
membatasi penyusuan.
Terkadang bayi cenderung mengantuk sehingga disarankan ibu menyusui
dengan frekuensi sekitar 8 – 12 kali dalam 24 jam. Pastikan posisi
perlekatan baik dan selalu cek tanda kecukupan ASI pada bayi.
Pada minggu-minggu pertama menyusui payudara akan terasa membesar,
kencang, penuh dan ASI akan sering bocor jika terlambat disusukan. Nah,
setelah minggu ke-6 atau ke-8 payudara ibu akan terasa lembek dan tidak
penuh lagi, juga lebih jarang bocor. Hal ini terjadi bersamaan dengan
perubahan jadwal penyusuan bayi yang menjadi lebih jarang dan lebih
sebentar.
Proses ini disebut “proses menyusui telah mantap” sehingga produksi
ASI di payudara telah beradaptasi mencukupi kebutuhan bayi. ASI ibu
tetap ada dan bisa mencukupi kebutuhan bayi selama ibu menyusui dengan
baik. Bayi juga telah semakin bertambah besar dan sudah bisa menghisap
ASI yang dia butuhkan secara efisien.
Beberapa bayi memiliki pola menyusu yang teratur, sedangkan bayi yang
lain memiliki pola menyusu yang tidak teratur. Jarak waktu menyusu
beberapa bayi bisa lebih lama dari bayi yang lain karena bergantung pada
kapasitas payudara ibu. Bayi dengan ibu yang memiliki kapasitas
penyimpanan payudara besar bisa lama jarak antar penyusuannya, sedangkan
bayi pada ibu dengan kapasitas penyimpanan payudara kecil akan lebih
sering menyusu. Namun kedua bayi ini bisa mendapatkan ASI yang mencukupi
kebutuhannya selama tidak dibatasi untuk menyusu. (Terkadang besarnya
kapasitas penyimpanan tidak berhubungan dengan besarnya payudara).
Saat bayi menyusu dan menghisap payudara akan merangsang kelenjar
pituitari di otak untuk menghasilkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin
ini berfungsi untuk memerintahkan sel-sel alveoli memproduksi ASI.
Puncak pengeluaran hormon prolaktin terjadi setelah 30 menit waktu
penyusuan dan akan tetap berada di darah ibu selama 45 menit setelah
penyusuan. Sehingga kehadiran hormon prolaktin saat ini berfungsi untuk
memastikan produksi dan ketersediaan ASI bagi waktu penyusuan
berikutnya.
Proses penghisapan bayi saat menyusu akan merangsang kelenjar
pituitari di otak untuk menghasilkan oksitosin. Oksitosin akan
memerintahkan sel-sel otot polos di sekitar alveoli dan saluran ductus
berkontraksi untuk memeras ASI keluar dari payudara. Ini disebut refleks
oksitosin atau let-down reflex (LDR) atau milk-ejection reflex (MER),
karena kehadiran oksitosin akan memacu pemancaran ASI dan pengeluaran
ASI secara efisien dari payudara ibu.
Sebelum tahun 1040-an, semua orang berpikir bahwa ASI dibuat saat
terjadi LDR ini, karena ASI akan mengalir makin cepat saat terjadi LDR.
Pada tahun 1944, Peterson menunjukkan bahwa sekresi produksi ASI terjadi
terus-menerus dan merupakan proses yang terpisah dari mekanisme LDR.
LDR akan memeras keluar ASI yang telah dibuat sebelumnya dan tersimpan
di ruang ASI-lumen alveoli (saluran ductus kecil dimana ASI yang
diproduksi alveolus akan dikeluarkan). ASI terus diproduksi dan tidak
dibuat semakin cepat saat LDR. ASI hanya mengalir lebih cepat saat LDR.
Terkadang ibu panik ketika bayi menangis minta menyusu dan payudara ibu terasa lembek.
Para ahli justru merekomendasikan untuk tidak perlu menunggu payudara
terasa penuh ketika ibu ingin menyusui bayi atau memerah ASI. Payudara
yang ditunggu hingga penuh menandakan proses produksi ASI sedang
diperlambat bahkan berhenti. Akan ada molekul protein
inhibitor-produksi-ASI (Feedback Inhibitor of lactation/FIL) dalam ASI
yang tertimbun dan tidak ibu keluarkan. Jika kebiasaan menunda menyusui
atau memerah hingga payudara terasa penuh ini berlangsung dalam waktu
yang lama akan menghasilkan ASI yang semakin sedikit, atau justru ASI
akan benar-benar habis dan kering.
Bayi ASIX yang menyusu dengan baik akan membutuhkan sekitar 750 mL
ASI setiap hari (570 -900 mL). Jumlah ini hanya sekitar 76 – 80% dari
total ASI yang diproduksi payudara ibu setiap hari. Sehingga ada 20%
sisa-simpanan ASI di dalam payudara ibu dan itupun akan terus diproduksi
untuk mencukupi permintaan bayi.
Insya Allah akan selalu ada ASI yang tersedia di payudara ibu yang
selalu menyusui bayinya dengan baik. Supaya ibu lebih yakin, sebaiknya
ibu juga mempelajari tanda kecukupan ASI pada bayi. Komunikasikan selalu
perkembangan bayi dengan tenaga kesehatan yang ibu percaya.
Sumber: Segala Sumber
0 comments: